Sujud Tilawah

Terdapat dalam surat AN-Najm ayat 62:
Maka bersujudlah kepada Allah, dan sembahlah (Dia)” (QS.An-Najm:62).
Sujud selain dalam rukun shalat ada tiga, yaitu: Sujud Tilawah, Sujud Syukur dan Sujud Sahwi.

    1.     Sujud Tilawah

Yang dimaksud sujud Tilawah, yaitu : Sujud yang disebabkan membaca, mendengarkan (Mustami’) atau
mendengar (Sami’) ayat ‘Sajadah’ atau dari mengikuti iama yang membaca ayat ‘Sajadah’.
Menurut Imam Abu Hanifah, hukum sujud Tilawah adalah wajib bagi yang membaca, mendengarkan atau mendengar ayat ‘Sajadah’, dengan mengambil dalil dari surat AL-INSYIQAQ 20-21 :

“Mengapa mereka tidak mau beriman ? Dan apabila Al-Qur’an dibacakan pada  mereka, sedang mereka tidak sujud.”(QS. Al-Insyiqaq).

Imam Abu Hanifah mengambil dalil tersebut untuk menghukumi sujud Tilawah dengan hukum wajib, sebab Allah mencela orang yang tidak bersujud apabila hukumnya tidak wajib.
Menurut pendapat sahabat Umar bin Khathab,
sahabat Imam Ibnu ‘Abbas, Imam ‘Imran bin Hushain, Imam Malik, Imam Syafi’I, Imam Ahmad bin Hambal, Imam Auza’I, Imam Ishaq, Imam Abi Tsur, Imam Daud dll, hukum sujud Tilawah adalah Sunnah, dengan dari hadist yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari Muslim dari sahabat Zaid bin Tsabit yang mengatakan, “Saya membaca surat dari Najm kepada Rasulullah, dan beliau tidak bersujud”.
Sujud Tilawah disunnahkan bagi yang membaca, mendengarkan dan mendengar, dengan dalil hadist Rasulullah :
·        Diriwayatkan oleh Sahabat Ibnu Umar, “Rasulullah membaca Al-Qur’an kepada kami, ketika melewati ayat ‘Sajadah’ maka Raulullah bertakbir lalu bersujud, dan kami pun ikut bersujud.
·        Diriwayatkan oleh Imam Bukhari Muslim dari sahabat Ibnu Mas’ud, “Sesungguhnya Rasulullah membaca surat An-Najm, lalu beliau bersujud, dan bersujud pula bersamanya jin dan manusia, kecuali Umayya bin Khalaf yang terbunuh pada perang badar dalam keadaan Musyrik.”
Hujjah dari ahli Syafi’I atas dalil Imam Abu Hanifah yanitu: yang dimaksud dari mencelanya Allah terhadap orang yang tidak mau bersujud, yaitu orang yang menganggap bohong, dengan dalil dari surat Al-Insyiqaq ayat 22 :
“Bahakan orang-orang kafir itu mendustakannya”. (QS. Al-Insyiqaq).
Disunnahkan sujud Tilawah apabila diluar shalat atau di dalam shalat bagi yang shalat sendiri atau menjadi imam, adapun bagi ma’mum yang imamnya mengejakan sujud Tilawah hukumnya wajib. Apabila tidak ikut bersujud, maka shalat ma’mum batal. Begitu juga ma’mum wajib meninggalkan sujud Tilawah di dalam shalat apabila imam meninggalkannya, akan tetapi ma’mum disunnahkan sujut Tilawah setelah salam dari shalat.
KEUTAMAAN SUJUD TILAWAH:
Hadist Rasulullah :
·        Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Sahabat Abu Hurairah, Rasulullah berkata, “Apabila ibnu Adam mebaca ayat Sajadah lalu bersujud, maka syaitan memisahkan diri darinya sambil menangis, syaitan berkata, ‘Duh celaka sekalai, ibnu Adam diperintahkan bersujud dan menuruti bersujud, maka dia akan mendapatkan surge, sedang aku diperintahkan bersujud aku mengingkarinya, maka aku mendapat neraka.
Menurut Imam Syafi’I ayat Sajadah berjumlah 14, Yaitu:

1.        Surat Al-A’raf ayat 206.
2.        Surat Ar-Ra’du ayat 15.
3.        Surat An-Nahl ayat 49.
4.        Surat Al-Isra’ ayat 109.
5.        Surat Maryam ayat 58.
6.        Surat Al-Hajj ayat 18.
7.        Surat Al-Hajj ayat 77.
8.        Surat Al-Furqan ayat 60.
9.        Surat An-Naml ayat 25.
10.       Surat Sajdah ayat 15.
11.        Surat Fush-Shilat ayat 37.
12.        Surat An-Najm ayat 62.
13.        Surat Al-Insyiqaq ayat 21.
14.        Surat Al-Alaq ayat 19.

Menurut Imam Abu Hanifah, ayat Sajdah berjumlah 14, akan tetapi surat Al-Hajj ayat 77 di tiadakan dengan memasukan surat SHAD ayat 24.
Keterangan : Menurut pendapat imam syafi’I, sujud pada surat Shad ayat 24 hukumnya sunnah, tapi bukan termasuk Min’Azaimissujud (Bukan sujud yang dikukuhkan/bukan sujud Tilawah), akan tetapi termasuk sujud syukur, sebab terdapat hadist diriwayatkan dari Imam Ibnu Abbas, “Surat Shad bukan termasuk Min’Azaimissujud, dan saya sungguh-sungguh melihat Rasulullah bersujud tatkala mendengar surat Shad.
Menurut pendapat Imam Syafi’I sujudnya Rasulullah pada saat membaca surat Shad termasuk sujud syukur bukan sujud Tilawah dengan dalil dari hadist yang diriwayatkan oleh Imam Annasa’I dari sahabat Ibnu ‘Abbas, Rasulullah berkata, “Nabi Daus Asalaihissalam bersujud untuk bertaubat, dan kami bersujud untuk bersyukur.
Keterangan :
Bagi sebagian orang yang berpendapat bahwa surat Shad (Ayat 24) termasuk Min’Azaimissujud (Seperti, golongan Hanafiyah), maka sewaktu membaca disunnahkan bersujud baik di dalam atau diluar shalat.
Adapun bagi yang berpendapat bahwa surat Shad bukan termasuk Mi’Azaimissujud (Seperti Imam Syafi’i), maka sewaktu membaca diluar shalat disunnahkan bersujud, sebab Rasululah pun mengerjakan hal itu, seperti yang terdapat dalam hadist yang diriwayatkan Imam Ibnu ‘Abbas. Akan tetapi apabila dibaca dalam shalat, maka tidak disunnahkan bersujud, apabila bersujud dari sebab karena tidak mengerti atau lupa, maka hukum shalatnya tidak batal, tapi disunnahkan sujud Sahwi. Dan apabila bersujud dalam keadaan mengerti, maka hukum shalatnya batal.
Keterangan:
Diterangkan dalam kitab At-Tibyan dan kitab Majmu’, ahli Syafi’iah berpendapat disunnahkan bagi yang mendengarkan atau mendengar ayat Sajdah untuk bersujud, walaupun yang membaca di dalam atau diluar shalat, baik yang membaca bersujud atau tidak, baik yang membaca orang muslim, baligh, suci, lelaki atau bahkan orang kafir, baik anak-anak, orang yang punya hadas atau perempuan. Berbeda dengan pendapat Imam Shaidalani, orang yang mendengar tidak disunnahkan bersujud, kecuali orang yang membacanya bersujud. Dan berbeda juga dengan pendapat Imam Qatada, Imam Malik dan Imam Ishaq, tidak disunnahkan bersujud bagi laki-laki yang mendengar bacaan perempuan, dan berbeda pula dengan pendapat sebagian Ahli Syafi’iyah, tidak disunnahkan bersujud dari bacaraan orang Kafir, anak-anak, orang berhadas dan orang mabuk.
*Pendapat yang Shaheh adalah pendapat yang pertama.
Syarat sujud Tilawah : Sama seperti syarat shalat sunnah, yaitu suci dari hadas dan najis, menghadap kiblat, menutup aurat dan niat.
Yang membatalkan sujud Tilawah : Semua yang membatalkan shalat membatalakan sujut Tilawah, dari berhadas, berbicara dll.
Rukun sujud Tilawah :Apabila diluar shalat, maka rukunya adalah niat, takbiratul ihram, sujud, bangun dari sujud dan salam. Apabila didalam shalat bagi iamam atau orang yang shalat sendiri, yaitu : Niat sujut Tilawah, bersujud dan bangun dari sujud. Apabila Ma’mum maka cukup dengan niat imam.
Cara sujut Tilawah : Apabila dalam keadaan Shalat, yaitu dengan bertakbir (Tanpa mengangkat tangan) untuk bersujud, lalu bersujud dan bangun dari sujud dibarengi dengan takbir tanpa mengangkat tangan  dan tanpa duduk istirahat. Apaila dilakukan diluar shalat yaitu dengan cara bertakbir (Dengan mengangkat tangan) dan dibarengi dengan niat sujut Tilawah, lalu bersujud, bangun dari sujud dan salam.
* Menurut qaul yang shaheh, tidak disunnahkan bertasyahud.
Bacaan sujud Tilawah : Dalam kitab At-Tibyan dan kitab Fiqh Islam, disunnahkan membaca : SUBHANA RABIYAL A’LAA (3X) ALLAHUMMA LAKA SAJADTU WABIKA AMANTU WALAKA ASLAMTU SAJADA WAJHII LILLADZII KHALAQAHU WASHAWWARAHUU WASYAQQA SAM’AHUU WABASHARAHU BIHAULIHI WAQUWWATIHI TABARAKALLAHU AHSANUL KHALIQIIN SUBBUHUN QUDDUSUN RABBUL MALAIKATIWARRUH. Dan disunnahkan juga membaca : ALLAHUMMA UKTUB LII BIHA ‘INDAKA AJRAN WAJ’ALHA LII ‘INDAKA DZUKHRAN WADLA’ ‘ANNII BIHA WIJRAN WAQBALHA MINNI KAMA QABALTAHA MIN ‘ABDIKA DAWUDA. Dan Imam Syafi’imensunnahakan menambah bacaan : SUBHANA RABBINA INKANA WA’DU RABBINAA LAMAF’ULAA. Apabila sekedar membaca bacaan dalam sujud saja, maka dinyatakan cukup.
Bacaan di atas mengambil dari beberapa Hadist Rasulullah :
1.     Diriwayatkan oleh Imam Turmudzi dari Siti ‘Aisyah RA, “Dalam sujud Al-Qur’an (Sujud Tilawah), Rasulullah memaca : SAJADAH WAJHI LILADZI KHALAQAHU WASYAQQA SAM’AHU WABASHARAHU BIHAULIHI WAQUWWATIHI. Dari riwayat Imam Hakim menambahkan FATABARAKALLAHU AHSANUL KHAALIQIIN. Dan dari riwayat Imam Baihaqi menambahkan WASHAWWARAHU (Setelah lafazh ‘khalaqahu).
2.     Diriwayatkan oleh Imam Turmudzi dari sahabat Ibnu ‘Abbas berkata “Ya Rasulullah, semalam aku bermimpi shalat di belakang pohon, aku membaca surat Sajdah lalu aku bersujud dan aku mendengar pohon itu membaca “ ALLAHUMMAAKTUBLII BIHAA ‘INDAKA ARAN…ila akhirihi.” Sahabat Ibnu Abbas mengatakan, “Kemudian Rasulullah membaca surat Sajdah dan sewaktu beliau bersujud, aku mendengar beliau membaca bacaan yang dibaca oleh pohon yang diceritakan lelaki tesebut.
Ustad Ismail Adl-Dlarir mengatakan dalam tafsirnya, Imam Syafi’I ketika bersujud mebaca suratAl-Isra’ ayat 108
Maka Suci Tuhan kami, sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi.” (QS.Al-Isra’:108).
Apabila dalam membaca, mendengarkan dan mendengar surat Sajdah kita tidak bersujud, maka dapat di ganti dengan membaca SUBHANALLAH WALHAMDU LILLAH WALAA ILAA HA ILLALLAH WALLAHU AKBAR 4x.
Muhimmatun :
Diterangkan dalam kitab Majmu, kitab Tibyan dan kitab Fiqh Islam, apabila membaca bebeerapa ayat Sajdah dalam satu tempat maka disunnahakan bersujud pada tiap melewati ayat Sajdah. Apabila mengulang ayat Sajdah yang satu dalam beberapa majlis, maka disunnahkan bersujud pada tiap membaca ayat Sajdah. Apabila mengulang ayat Sajdah dalam satu majlis, maka sewaktu bacaan pertama tidak bersujud, maka cukup satu sujud dari semua ayat Sajdah yang di ulang-ulang. Apabila pada waktu pertama membaca ayat Sajdah sudah bersujud, maka menurut pendapat yang shaheh disunnahkan bersujud lagi sewaktu mengulan bacaanya.
Sujud Tilawah disunnahkan setelah selesai membaca atau mendengar ayat Sajdah, apabila setelah membaca ayat Sajdah tidak segera bersujud dan belum terpisah, maka tetap disunnahkan sujud Tilawah. Apabila terpisah lama, maka tidak disunnahkan untuk bersujud, yang dimaksud dengan ‘terpisah lama’ apabila di dalam shalat, yaitu telah mengerjakan ruku’. Apabila diluar shalat menurut pendapat Imam Nawawi dalam kitab At-Tibyan yaitu melihat dari keumuman, adapun yang diterangkan dalam Fiqh Islam yaitu dengan kadar shalat 2 Rakaat dengan bacaan yang standar.
Apabila orang yang hendak sujud Tilawah dalam kedaan berdiri, maka langsung takbiratul ihram lalu takbir lagi untuk bersujud. Apaila dalam kedaan duduk, maka Ahli Syafi’iyah berbeda pendapat, sebagian mensunnahakan berdiri untuk takbiratul ihram lalu takbir untuk bersujud. Akan tetapi menurut pendapat Imam Haramain dan qaul yang shaheh, tidak disunnahakan untuk berdiri terlebih dahulu.
Bagi yang hendak sujud Tilawah dalam kedaan shalat maka disunnahkan setelah bangun dari sujud membaca surat walaupun satu ayat, baik dari ayat Sajdah yang terdapat pada ayat surat An-Najm dan Al-‘Alaq atau tidak pada akhir ayat, seperti dalam surat Al-Insyiqaq. Apabila setelah sujud langsung ruku’ maka hukumnya diperbolehkan, dengan syarat dalam keadaan sudah tegak berdiri, apabila belum tegak langsung ruku’, maka ruku’nya tidak syah.
Menurut ahli Syafi’iyah, Imam Sya’bi, Hasan Al-Basri, Salim bin ‘Abdillah, Imam Qasim, Imam Atha, Imam ‘Akramah, Imam Abu Hanifah dan sebagian dari pendapat ahli Malikiyah, tidak makruh sujud Tilawah di waktu yang tidak diperbolehkan untuk shalat.

Sumber referensi artikel : Faidlur-rahman jilid 4 Hal. 74-85.

Artikel ini dibuat untuk menambah referensi tentang pengetahuan khususnya di bidang Agama, bukan untuk menjadikannya sebagi perdebadan yang saling menyalahkan dan menganggap dirinya paling benar. Mohon maaf apabila terjadi kesalahan dalam penulisan dan penamaan.
Dapatkan Artikel Gratis
*Untuk berlangganan Artikel gratis via E-Mail di blog ini, silahkan masukan alamat email anda dan klik tombol Subscribe.. Terimakasih*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar